Selasa, 29 Desember 2009

PETUA

Melewati berbagai dimensi manusia.. peristiwa, bangku sekolahnya adalah jalanan.
Tak mengenal waktu.
Ia tak pernah berhenti belajar dari setiap detik kejadian.
Asam garam dan merica sudah dicernanya di kehidupan yang bukan mulus.
Petualangannya dari daerah ke daerah, dari kota ke kota lain.
Berakhir di kota kelahirannya.
Ia katakan berakhir karena tak akan lama lagi usianya Akan berakhir menurut kalender dokter.
Ia mengidap penyakit kanker paru2 stadium 2.5
Sewaktu muda bukan hanya rokok, segala jenis cerutu sampai opium...
Tak ada filter.
Kini ia memetik hasilnya tanpa banyak bicara.
Jangan marah di muara kata orang.
Cukup ia habiskan masa tuanya di sini. Anak2 pun tak perlu tahu. Tak ingin operasi apapun... Ia lebih suka obat pahit.

Santai di pinggai jalan basah sehabis hujan ia menkonsumsi obatnya... ia suka bau tanah, bukan karena ia sudah bau tanah ... Tapi bau ini mengingatkannya pada masa2 ia dan sang istri hidup di rumah beralas tanahnya. Kalau hujan mereka jinjit banjir.
Melarat bahagia. Tak seperti sekarang, banyak fasilitas malah tak digunakan. Bahagia pastinya bukan dari materi, semua orang tahu tapi tak semua orang realisasikan.

Ia lebih suka begini ketimbang harus meringkuk d rumah sakit.
Hiburan di pangung jalanan menghiburnya jauh daripada nonton god father , film kesukaannya di HBO.
Terapi penyembuhan dengan menebar kebaikan.
Pun memberi pelajaran bagi yang membutuhkan.
Ia bukan malaikat selayak membukakan pintu taksi yang bagi gadis Nome* itu adalah hal yang biasa... ia tak menyadari kalau hal kecil itu tidak biasa bagi orang lain yng tak mengenalinya, kemudian bisa membuka pintu hidayah bagi sang Gadis.

Hal2 tersebut otomatis... melihat gadis sebaya anaknya ia rasanya ingin melindungi. Masih membayangkan episode lalu, Ponselnya berbunyi, dari dokter Levan.

'Ya nak Dok'
ia bahagia mendengar suara Dokternya

'Pak Petua, besok Check up ya..
Bapak lagi dmana ini..?!'

Ia dan dokter Levan saling memahami. Hanya pada dokter pribadinya ini ia terbuka. Karena ayah dokter Levan yang sudah meninggal mewariskan riwayat kesehatan pasiennya pada anaknya yang kebetulan berprofesi ahli yang sama.

Bahwa ia bersikeras tak ingin rawat inap, maka dokter Levan pun menyanggupi, dengan syarat bisa dihubungi setiap saat untuk pemeriksaan, dan tak lupa obat rutin harus dikonsumsi.
Dokter Levan sangat tekun menjaganya.
Sekaligus menjadi alaramnya. Dokterpun sudah menganggap Pak Petua sebagai pengganti ayahnya.

(Fin...

Lanjut aja deh:)






Petua kini batuk2...
Menemukan seberkas darah dari saputangan batuknya.
Menerawang nanar, tunggu aku istriku... hatinya.
Ia semakin mendekati garis finish.
Tak Ada lagi yang harus ia cari.
Anak anak wanita dan pria sukses, hanya satu yang gagal.
Mengikuti jejak mudanya jadi pemasok barang ilegal.
Relasinya seperti tak ingin membiarkan tradisi orang tuanya terputus maka ia lanjutkan ke sang anak , yang tak kalah cerdiknya.
Kali ini ilegal loging. Kayu gelondongan yang menghasilkan banyak rupiah bagi keluarga anaknya. Kini Foka jadi salah seorang mafia terkondang di kotanya.
Penjara mungkin akan mnjadi pelajaran baginya... dan ia sudah mnjalaninya 5 tahun. Sisa lima tahun lagi ia lepas.
Biarlah, itu balasannya... jangan simpan sampai akhirat.
Semoga masih ada kesempatan menebus salah.
Tapi ia sangat memaklumi anaknya.

Foka seperti aku dahulu pikirnya, Ia yang pernah mengecap jeruji penjara karena hal yang sama, hanya 5 bulan karena bukti tak cukup kuat..
Anaknya tetap tak secerdik dirinya.

Petua Muda tak menganggap menyelundupan itu adalah salah sebuah bentuk dosa. Ia menganggap pajak itu hanya ia yang berhak salurkan.
Maka seiring dengan penghasilannya yang melambung pesat, ia mengeluarkan 'pajak pribadinya' dengan membangun yayasan untuk anak asuh, yang hingga saat ini sudah memiliki ribuan anak asuh dari berbagai penjuru kota.

Ia adalah malaikat skaligus iblisnya.
Tokoh masyarakat sekaligus penjahatnya.
Ia selalu bertindak sendiri, ia tak rela pajaknya buat negara hanya berakhir di kantong para koruptor. Ia masih sangat tidak yakin dengan sistim di negaranya.

Ia tak suka dikekang peraturan namun ahli dalam negosiasi.
Untuk kasusnya ini ia berhasil mengetahui segelintir oknum peradilan yang menyelewengkan wewenang. Dengan cara pancingan harta. Suap...banyak yang terpancing namun tak sedikit yang memanfaatkannya.

Akibatnya penjara berlanjut 15 tahun kemudian, karena tuduhan membunuh beberapa mafia peradilan yang terus memerasnya... awalnya hanya 1, namun jiwa tamak mengembangkan itu pada rekan sejawatnya dengan rangkaian penyelewengan bukti yang harus disumbat mulutnya, hingga menjadi lima orang. Tiga orang tewas oleh kaki tangan Petua. Tanpa jejak. Namun yang 2 orang lainnya nya tak berani lagi menyentuh Petua mengetahui itu secara menakutkan.

Tapi anak buahnya yang tak setia membocorkan rahasia kerajaan bisnisnya dengan segala intriknya. Pun telah mati tereksekusi oleh rekan sejawatnya sendiri yang masih setia pada sang Petua. Salah seorang kaki tangan setia sampai saat ini. Dongga, lelaki yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

Menurut Petua untuk kasus pembunuhan ini hal yang berbeda... orang itu tetap pantas untuk mati dalam pikirannya.
Maka iapun siap dipenjara dengan asumsi dosanya lepas di dunia.
Ia protes pada Tuhan mengapa makhluk seperti itu lebih banyak berkeliaran di dunia. Harus dihabiskan. Parasit munafik.
Namun ia akhirnya sadar, bukan haknya menghapuskan nyawa seseorang. Ia bertobat di dalam penjara.
sekolah yang cukup panjang dan berharga. periode dimana ia kehilangan kebebasan, keluarga, ditinggalkan istri untu selamanya. ia terpurik dalam kegelapan. belajar dari hal itu maka
anak dan istri korbannya disantuni oleh pihak ketiga utusannya.

Kesetiaan seorang satria dalam dirinya menjadikan ia bersedia menjadi tameng untuk pekerjaan kotor anak buahnya.
Resiko jadi pemimpin. Dikatakan pekerjaan kotor karena pembunuhan yang tak terencana baik itu meninggalkan seribu jejak yang berakhir padanya.

Namun pemerasan juga salah satu kejahatan yang lebih kejam dari pembunuhan. Petua paling benci manusia oportunis. Dan matilah kau hai penghianat.

Penjara itu pula yg membuat istrinya yang walau bergelimang harta tak habis 5 turunan hasil kerja suaminya sebelum terjerat pasal pidana itu menjadi sakit-sakitan. Ia wanita rapuh yang tak mengerti persoalan tahu- tahu sang suami sudah dalam penjara.

Setelah sang Istri pergi mendahului.
Tak Ada wanita lain di hatinya. Padahal jika ia ingin tak ada yang menghalangi. Banyak pilihan sejak 20 tahun lalu. Namun Petua muda tak ingin mengganti apa yang sudah ia perjuangkan. Cintanya suci.
Anak wanitanya yang secerewet Tim investigasi menyumbat telinganya dengan wejangan dibiarkannya saja.

'Papa mengapa tak menikah saja dengan tante Aurona. Ia baik kok, dan kami setuju....'
Aurona,. Asisten pribadinya. Wanita cantik separuh baya mantan model, yang setia pada perusahaanpun pada sang Petua. Ia menyanjung hingga tak menyisakan lelaki lain di hatinya. pengabdian bercampur cinta untuk sang Petua. ia terima walau hanya melayani hidup orang yang dicintanya. Petua tak bergeming, dan semakin menambah kekagumannya pada sang Ketua, Pak Petua, GodFathernya.

Petua tua menghela nafas. Bukannya ia menutup mata ada wanita yang begitu menghormati dan mencintainya.
Andai mereka tahu bagaimana besar cintanya pada sang istri, pasti tak akan berpikiran sedangkal itu.
Petua menerawang kembali ke 37 tahun lalu
.....

FIN

Tidak ada komentar:

tuker link