Senin, 04 Januari 2010

nome feat aurona

masih ingat Nome...?!
sekuel ke sekian #paradeparashit...

---------
Sebulan kemudian....
---------

Hujan sesaat menimbulkan kubangan di pinggir jalan...
Lalu datanglah menelikung mobil truk 12 ban melindas genangan air itu....
Terlambat menghindar, percikan air yang tidak jernih itu mengenai seorang gadis yang baru saja keluar dari taksi
cipakkk *bunyi cipratan air*

'heiiiiiiii hati2 donk ... punya mata gak sih loe...! huhhh! sialan....!!!!'
sambil memperbaiki jilbabnya yang miring kesana kemari Nome yang tadinya ingin berpenampilan alim kalem itu kini kembali ke asalnya.
Ngomel pun kesana ke mari.

Pakaian rapihnya kini ternoda oleh bintik2 air coklat yang sangat terlihat karena pakaian putih.

'haduuh gimanaa ini, masak saya harus pulang lagii, pengajiannya kan sebentar lagii.. aahhhh sialaaan knapa sih pengendara mobil itu gak disekolahin duluu sebelum dapat sim ABCDE..?!'

Nome mengumpat lebay sendiri sambil menepuk2 percuma kotoran yang menempel di bajunya.
Iya percuma ditepuk itu kan bukan debu!

'Mana bau lagi!!!' sambil sesekali mencium tangannya..

'Kenapa dik..?!'
seorang wanita separuh baya berkerudung putih menyapanya...

Nome menoleh, siap meneruskan kata mutiaranya...ada wadah.
'ohhninini bu supir truk yang lewat tadi main sambar aja kubangan jalanan.
kan jadi keciprat buu kotor nih iih jijay banget'

Ada nada merajuk manja pada seseorang yang belum di kenalnya.

'Oohh iya ini kan tengah kota kok bisaa sih truk sejuta ban itu melintas disini.. kegap polisi tau rasa loe!!
huhh gattau aturan!'
'cilakaa!'
Nome sangat kesal smpai diubun2..

Wanita cantik berkerudung putih itu yang sedari tadi tertarik dengan gadis spontan ini menyela.....

'Istighfar dulu dik, Astaghfirullah...
mau ke pengajian pak petua bukan ya pakain pakai putih-putih begini...?!
perbaiki niat dan bersihkan hati.
juga pakaian..'
'Kenalkan saya Aurona...'

Nome menyambut tangan lembut itu.. namun jabatan tangannya kuat.
Sosok wanita yang tegar namun feminin sekilas terlihat.
Ia melongo sedikit terpesona pada wanita di hadapannya hingga lupa menyebut nama.

Aurona tersenyum bijak.

'Adik ini mau ganti baju? Saya ada baju bersih di rumah... Putih juga sepasang... mungkin agak longgaran sedikit, kalau bersedia kita masuk ke dalam dulu.?!'

Tanpa menunggu jawaban, ia membuka pagar 6 meter dari lokasi Nome terkena cipratan air.

Rumah Aurona tepat di hadapannnya. bersahaja dengan tanaman terawat. Berbagai bunga dan pohon buah yang hanya dilihatnya di Mekarsari tumbuh terawat di halaman depan. Pemandangan indah di tengah kota semrawut.

'Bu, Ibu kok mau saja membawaku masuk, belum tentu kan sy orang baik2..?!
kok mbak , eh ibu nekad sih..?!
jangan sembarangan bu,...'

Nome berjalan cepat mengikuti
langkah panjang aurona yang ternyata gesit juga... Cirikhas orang aktif.

Nome cuek pula...memanggilnya bergantian mbak, ibu, mbak, ia belum tahu formula sebenarnya.
Panggil ibu ketuaan , mbak agak gak pantas... nama saja lebih tak sopan.

Umurnya sekitar 40an tahun prediksi nome. Cantik dibalik kerudung putih panjangnya.
Pancaran matanya tajam dan tegas hingga membuat orang lain ikut apa katanya.. Nome ikut mengekor. Padahal ia tak mengenal Aurona.

Nome kembali berceloteh
'Jangan karena lihat saya jilbaban ibu pikir saya wanita baik2,
banyak penipu berkedok lho di luar sana, apa susahnya coba membeli kostum seperti ini biar disangka wanita baik2...
ada malah pencuri, penyelundup narkoba.. pokoknya macam2 mbak... nonton tivi kan? penampilannya malah lebih alim dari ini.
Saya mah masi belum permanen bu Auro ... ntar juga kalau selesai pengajian saya lepas...
Gerah...belum sanggup.
masih pemula.
Eh pokoknya jangan gampang lah percaya sama orang mbak.' eh ibu.. aduh panggil apa sih bu Aurora..?! *salah lagi*

Bukannya berterima kasih dulu, Nome malah berceloteh dan sedikit mengomeli sang penolong...

Namun omelannya berhenti pada sosok foto di dinding, semasuknya di ruang tamu. Nome terpesona ketika pintu membuka...
'Itu siapa bu..?!'

Foto dinding di foyer itu ternyata lukisan.. seakan menyambut kedatangannya... Sangat nyata menyerupai asli.. di sana berdiri seorang pemuda gagah, mirip raja2 dulu, memakai keris dan pakaian jas tutup..
Tatapan matanya hidup dengan senyum segaris penasaran bak monalisa di louvre...
Keseluruhannya mempesonakan nome... Magis.

Aurona yang belum juga menjawab pertanyaan pertama dan sudah disambung prtanyaan berikut hanya senyum menatap.
Sudah biasa terjadi.
Ia lalu masuk mengambil pakaian bersih.

'Eeh bu kok masuk aja mbak Auro ini .... gimana kalau saya perampok..!! Pas mbak keluar isi ruang tamunya sudah ludes..?!
huhh dikasi tau malah cengengesan aja nih ibu gimana sih'
Matanya tetap melekat di lukisan itu selagi berbicara tak beraturan.... masih juga berargumentasi

Didikan sopan santun Nome memang sedikit gagal, ditambah dengan kemanjaan anak tunggal yang dibiarkan ngomong seenaknya di rumah. Tak ada yang menegur karena memang tak ada penegur.
Ibu yang sibuk bolak balik rumah sakit mengurangi kuantitas pertemuan mereka, pun ayah yang sibuk dengan ibu tirinya semakin membuatnya gadis sinis dan ceriwis.

Aurona keluar dari kamarnya dengan sepasang pakaian putih bersih dan tissue basah yang diserahkannya pada Nome.
'Ini dik...Nona.. ?!
Aurona belum mengetahui namanya

'oh Nome nama saya Nome mbak Aurora...'

'its Aurona dik Nome...' Wanita ini cukup sabar menghadapi letupan-letupan Nome.

'Nome sendiri kenapa mau saja masuk ksini.. kan blm mengenal saya.. bisa jadi sy penghipnotis kan. sekeluarmu dari sini uang di dompetmu habis sy kuras...'

eew Aurona rupanya memiliki imajinai lebih liar dari nome.

Ia melanjutkan argumennya
'Tapi nggak kan, kita saling percaya, itu karena perasaan... Filing.
manusia bertindak jangan terlalu banyak mengandalkan logika.'

'Adik ini pasti gadis baik, pikir saya.. bukan karena kamu berjilbab..'

'iya tapi kan..'
nome siap menjawab balik

'silakan Nona masuk kamar mandi buat ganti baju, kalau perlu mandi sy tambahin handuk kering.'
Aurona menyela, Nome sepertinya hobi berdebat... dan ia tidak sedang punya banyak waktu.

Pak Petua sudah mengabarinya, ia menuju lokasi, mushola samping rumahnya.

'Nome bu bukan nona...' protes lagi

'oh iya...'
Aurona menyerahkan handuk kering...
'Panggil saya mbak saja'

'Tak perlu bu, cukup. makasih... sy hanya butuh yang ini, ia mengacungkan tissue basah...
emmm
kok ibu baik sih..?! eh mbak Aurola..
*Hee kok namanya susah bu..?!

'Orang memanggil saya Rona...'
Aurona mencoba memudahkan.

oow.. Nome berterima kasih dengan caranya, tersenyum cengengesan...
Ia membungkuk2 tanda berterimakasih sambil mengacungkan gundukan kain di tangannya selagi berjalan mundur ke kamar mandi.

Guci di sudut hampir saja jatuh tersambar. untung saja ia cepat menyeimbangkannya.
Aurona yang biasanya tenang kini jantungnya sempat meningkat frekwensinya melihat guci kesayangannya limbung.





Aman. Kini gadis itu masuk kamar mandi.

Sambil melepaskan pakaian kotornya, Nome menerawang kembali....
Ia menerima kebaikan itu lagi2 dengan tak habis pikir.
Ia jadi mengingat pak petua ketika pertemuan kedua, setelah sebelumnya bertemu secara tak sengaja ketika Pak Petua membukakan pintu taxinya, yang juga pintu hidayahnya.

Wajah yang tak terlupakan itu kini menjadi guru spiritualnya.
Pak petua memang sering memberi kajian secara acak dan tergantung kondisi kesehatannya.
Ia hanya menghubungi asistennya, Aurona..
Lalu semua jemaahnya berkumpul untuk mendengarkan wejangannya.

Cerita dari kisah nyata yang menggugah diikuti dengan dalil yang menguatkan menjadikan apapun yang dikatakan Petua itu seperti pelajaran berharga dan bukan sekedar teori.
Nome mengenalinya kembali ketika seorang teman mengajaknya ikut kajian pak petua secara tak sengaja waktu perayaan tahun baru Hijriyah.

Sejak melihat kembali bapak idolanya,
Nome bertekad untuk intens mengikuti kajian ala Petua, atas informasi temannya.

Sambil mengingat kejadian-kejadian itu nome pun menyelesaikan salinan bajunya.
Baju yang dipinjamkan Aurona kini dipakainya... Ia mengepas depan cermin belakang pintu.
Cermin itu setinggi badannya.
Pintunya sendiri sangat tinggi.
Plafond yang selevel dua lantai rumah biasa itu peninggalan arsitektur belanda.
Kalau malam hari dan mati lampu bisa dipastikan Nome takkan mau masuk ruangan ini. Seram.
Untung lukisan tadi cakep..
Masih dipikir juga.. Mungkin orangnya sudah meninggal....
Trus kalau malam di lukisan itu ada darah keluar dari matanya ... Hiii
Nome yang kebanyakan nonton film horor ini berimajinasi sendiri dan berhasil ketakutan.
Spontan, Ia lalu cepat2 keluar dari kamar mandi.

Ehh tapi gimana penampilanku ya.. Belum kelar bercermin.
Sebelum dilihat bu Rona ia kembali masuk kamar mandi memastikan.
Menghasilkan bunyi pentu gedebag gedebuk...
Kalau masalah penampilan ia tak jadi takut apapun.

Sambil mematut-matut dan bolak balik depan kaca.
Hmm sepertinya kelonggaran 2 nomer.

Gede juga badan tuh bu Aurona... kayak pragawati saja tingginya... ia menebak.
Sambil memperbaiki jilbabnya yang tak juga simetris ia bernegosiasi dengan diri sendiri...

Tak apalah.

Baju yang tadi dipakainya sebelum keciprat mungkin agak terlampau ketat hingga Tuhan mengutus mobil truk untuk mengotorinya dengan lumpur sebelum masuk ke majelis.
Tobat.

Tumben Nome bisa berpikir positif.
baru saja sekali ikut pengajian. bagaimana kalau rutin yak.. hihi,
Nome tersenyum bangga skaligus senang bisa bertemu orang2 yang tepat di saat yang tepat.

Sambil tersenyum
ia keluar dari kamar mandi kedua kalinya...
dan tetap tersenyum.. kali ini dengan sedikit membeku..
Makhluk dalam potret di dinding bagai menjelma keluar dari bingkai lukisan yang sedari tadi di tatapnya namun belum menemukan jawaban.

Kini makhluk ghaib itu berdiri di hadapannya.. oh bukan....
Dia manusia saat ini dan nyata.
Nome menahan nafas.

Lelaki berkulit bersih dengan jejak cukur hijau di kulit dagunya itu pun heran menatap Nome.

Ada makhluk berbaju putih keluar dari kamar mandi rumahnya secara tak terduga.. Seorang gadis bingung yang tesenyum tanpa sebab.
Pakaian kelonggaran dengan kerudung mencong. Amburadul.
Siapa gerangan...

Mereka bertatapan aneh sekejap. dengan pikiran masing-masing.
Ya Tuhan... kalau saja tak mempesonakan
mungkin Nome sudah lari bagai melihat hantu lukisan.
Tapi ia membisu.
Apa ini malaikat yang Kau utus berikutnya pada saat yang tepat...?!
Batinnya.

Kaki Nome gemetaran.
Kini hatinya juga.
Ia mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama.
...
Suasana hening beberapa saat
...
Gibry, sudah pulang...?
Mana anakmu...?!
Aurona mencairkan kebekuan itu

....,
Fin...

Tidak ada komentar:

tuker link