Sabtu, 05 April 2008

GUILTY

.........

Lalu..
Remaja yang terjebak narkoba.. atas nama solidaritas
Orang tua yang sangat memanjakan anaknya.. atas nama kasih sayang..
Gadis yang menyerahkan sang mahkota belum saatnya.. atas nama cinta
Pemuda yang bermain judi, atas nama persahabatan…
…..
These all because of:
felt guilty
One of the sin’s couse that we’ve made before.
I we you they he she it... Isn’t it..
Manusia sekali.
Begitu banyak kesalahan manusia yang disebabkan oleh perasaan yang satu ini. Itulah RASA BERSALAH

Rasa bersalah kepada manusia.
Merasa bersalah… jika tidak melakukannya.
Ia mengunjungi manusia atas nama cinta, solidaritas, kasih sayang, dan berbagai bentuk intimidasi indah lainnya.

Rasa bersalah menghampiri mu manakala kau sedang berada dalam fase ingin tampak sempurna dimata mereka. Mereka yang kau anggap mampu membahagiakanmu dengan penghargaan dan penerimaannya. Kaupun merasa bersalah ketika tidak membuat mereka nyaman..

Lalu mereka yang mengetahui itu, jikalau tak bersih hatinya, akan dengan senang hati memanfaatkan rasa bersalah kadar tinggimu untuk menekanmu.
Semakin kau merasa kan perasaan itu, merekapun menari-nari disana. Semakinpun kau menutupi rasa bersalah itu dengan mengikuti keinginannya, kau kian terhanyut… lalu sedikit demi sedikit, hati dan jiwamu meninggalkan tempatnya... kemuliaan fitrahnya.. tujuan penciptaannya.

Apa sebenarnya singgasana di hatimu. Apakah yang baik, ataukah yang benar. Harga diri ataukah prinsipmu. Lalu dimana salahnya. Apa bedanya. Bisa jadi harga diri yang kau elu-elukan dalam penghargaan orang lain bisa menimbulkan kesombongan, pun kerendahan diri jikalau tak mendapatkannya. Namun prinsip hanya akan ada benar dan salah. Tak peduli apa kata orang lain, penilaian orang, ia akan tetap pada tempatnya. Hitam dan putih.

Kebaikan itu abu-abu. Baik menurutmu belum tentu baik bagiku bagi dia atau mereka. Prinsip hanya ada masalah benar dan salah. Mutlak. Artinya, apa yang baik belum tentu benar, bukan.

Pastinya sulit mencari ketidakbenaran dalam kebaikan. Perasaan bersalah tentu baik, kalau jelas koridornya, ada hukumnya. Untuk itulah ada agama. Bahasanya dosa. Ketika nurani sulit ditemukan kembali karena sudah teralu jauh dari orbitnya, ada aturan dalam agama. Prinsipmu. Nuranimu. Bukan untuk mengekangmu, hanya mengembalikanmu pada kebenaran dalam kebaikan. Menjadi parameter dalam perilakumu.

Jangan biarkan rasa bersalah itu menguasaimu tanpa dasar, tanpa alasan yang benar. Mempermainkan hidupmu.. nafas dan gairahmu. Lakukan apa yang benar, bukan apa yang mereka anggap baik, bukan apa yang
membuat mereka nyaman, namun belum tentu benar.

Baiklah pada mereka. Namun perlakukan dirimu dengan layak, dengan mulia. Kau adalah khalifah, bukan budak sosial. Bersilaturahmilah, buat mereka tersenyum dengan tulus. Tunjukkan pada mereka prinsip benarmu. Tegasmu.. karena Allah kiblat di hatimu. Bukan pujian, sanjungan, cercaan, makian mereka. Hanya sesaat, fana dan rapuh.

Maafkan dirimu..
Merdekalah fitrahmu..
Abadilah prinsipmu..

Thus my pray
For me or anyone here
Amen..

Inspired by opic’s song
“Cukup bagiku Allah”


Tidak ada komentar:

tuker link